Palembang, Metrosumsel.com – Sejumlah tokoh budaya, antropolog, arkeolog dan sejarah Sumatera Selatan hadir dalam acara Diskusi Serius yang diselenggarakan oleh Fisif UNSRI Ilmu Komunikasi, dengan mengangkat tema (Re) Aktualisasi Jati Diri dan Nilai-Nilaj Keluhuran Sumatera Selatan, Minggu (19/06/2022).
Dr. M.H. Thamrin, M. Si selaku moderator yang bertugas pada acara tersebut memberikan kesempatan pada setiap narasumber yang telah hadir guna memberikan pandangannya terkait tema diskusi.
Antropolog, Dosen FISIP UNSRI Dr. Dadang H. Purnama, M. Hum mengatakan, bahwa sebenarnya akar budaya orang Sumsel itu jika diteliti dari zaman Sriwijaya adalah Melayu.
Sedangkan Dr. Wahyu RA, SS,. MM Peneliti Balai Arkeologi Sumsel menegaskan bila ditelusuri dari bukti -bukti prasasti yang telah ia teliti, masyarakat palembang dahulu atau yang pada masanya disebut Sriwijaya telah menanamkan nilai-nilai kebersamaan dalam setiap perbedaan suku.
“Sriwijaya itu bukan kerajaan tapi kedatuan, kondisi sosial masyrakat pada masa itu sangat toleransi dan gotong royong, sriwijaya juga merupakan suatu negeri yang sudah memiliki sistem undang-undangnya sendiri untuk mengatur masyarakatnya” tegas wahyu.
Dr. Erwan Suryanegara, M. Sn pun menuturkan, bila berbicara mengenai Sumsel, tentu juga harus berbicara tentang Sriwijaya yang merupakan salah satu kerajaan/kedatuan tertua yang pernah ada dinusantara.
“Kami meyakini bahwa lokasi kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, tepatnya di Pusri, karena banyak sekali benda-benda peninggalan yang ditemukan disana. Dan yang paling penting, Sriwijaya adalah kerajaan yang telah menerapkan sistem demokrasi pada masa itu, keharmonisan dalam keberagaman dapat dijaga oleh kerajaan sriwijaya pada masanya,” kata Erwan.
Dr. Dedi Irwanto, MADr. Dedi Irwanto, MA Sejarawan dan Dosen FKIP UNSRI dalam paparannya juga mengatakan bahwa dari zaman dahulu hingga sekarang orang-orang lebih mengenal Palembang dari pada Sumsel, dan keberagaman dalam wilayah sriwijaya menunjukan nilai-nilai demokratis dilihat dari kebiasaan gotong royong dalam masyarakat.
Dr. Dadang H. Purnama, M. Hum, Dr. Wahyu RA, SS,. MM, Dr. Erwan Suryanegara, M. Sn, dan Dr. Dedi Irwanto, MA telah bersepakat meminta kepada Pemerintah Daerah baik Eksekutif maupun Legislatif agar lebih serius lagi dalam membantu membangun, melestarikan dan menjaga kebudayan serta sejarah Sriwijaya sebagai jatidiri Provinsi Sumsel.
“Kita akan berupaya untuk merawat dan melestarikan budaya serta kearifan lokal yang sudah ada sejak zaman dulu. Hasil dari diskusi hari ini sangat menarik dan akan jadi pertimbangan kita untuk dibahas bersama teman-teman di DPRD kota Palembang,” ujar zainal.
Sementara itu Anggota DPRD Provinsi dari Fraksi Partai PKS, Mgs Syaiful Padli menuturkan hasil dari diskusi-diskusi seperti ini harapannya adalah mendapatkan output yang jelas, salah satunya adalah keterlibatan pemerintah daerah.
“Dalam konteks anggaran, pemerintah daerah belum sepenuh hati dalam memperhatikan, menggali kearifan lokal yang seharusnya muncul, dan diskusi hari ini kita temukan, salah satunya adalah tanggal kelahiran kota Palembang, yang seharusnya 16 juni 682 masehi namun diperingati setiap tanggal 17 juni, nah ini kedepannya akan menjadi PR ( pekerjaa rumah ) DPRD Kota untuk merubah dan mengembalikan hari jadi kota Palembang ke tanggal 16 juni, saya kira ini dampak positif yang kita dapatkan dalam diskusi kali ini,” jelasnya.
Lanjut Syaiful Padli mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk melestarikan kearifan lokal di Sumsel bisa diaplikasikan dengan mengenakan pakaian adat daerah pada setiap-setiap instansi sesuai dengan Perda yang ada , namun kenyatan dilapangan masih terimplementasikan.
“Secara pribadi saya tidak melihat hari khusus kawan-kawan baik dipemerintahan provinsi maupun kota untuk mencontohkan kearifan lokal dengan mengenakan pakaian adat tadi, namun kami akui untuk anggaran guna mengangkat kearifan lokal tersebut belum secara eksplisit ada didalam ada didalam RKA maupun kegiatan di dinas kebudayaan provinsi sumsel,” jelasnya
“Kedepan kami akan mendorong sebagai mitra kerja kami
Agar dinas kebudayaan provinsi sumsel mengaloksaikan anggaran untuk membuat kegiatan dalam rangka mengangkat kearifan lokal di Sumsel, salahsatunya meliterasi masyarakat,” tegasnya.
Sementara itu Bupati Pali, Heri Amalindo yang sempat hadir dalam acara tersebut juga menyampaikan perlunya peran pemerintah daerah dalam menyelamatkan sisa-sisa kebudayaan yang masih ada ini agar tidak hilang dan punah begitu saja.
“kami sangat senang dengan diskusi hari ini, untuk Pali sendiri kami akan segera berkoordinasi dan berkomunikasi dengan para tokoh-tokoh adat dan masyarakat di Pali untuk meminta masukan terkait nilai-nilai luhur yang slma ini ada untuk tetap kita coba lestarikan kedepannya,” kata Heri.
“Saya berharap diskusi ini tidak sebatas diskusi saja, kedepan kita harus punya gol, karena budaya ini tidak ternilai harganya,sejarah tidak bisa dinilai dengan harga, dan nilai-nilai keluhuran yang sudah ada sejak zaman dahulu itu sudah seharusnya kita rawat bersama-sama,” tuturnya.
Laporan : Maulana