KAYUAGUNG, Metrosumsel.com — Sekolah Filial merupakan sekolah alrenatif bagi masyarakat yang berada di pelosok pedalaman dalam rangka pemberantasan buta aksara. Sekolah Filial berbeda dari sekolah pada umumnya. Pendidikan yang ditempuh di kelas luar sekolah ini juga sebagai jalan keluar sementara dalam pemenuhan pendidikan.
Sekolah Filial yang tersebar di wilayah perairan Pemerintahan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dibangun dengan keinginan dalam memberikan pendidikan melalui sekolah meski tenaga pendidiknya harus didatangkan dari sekolah induk.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten OKI, Masherdata Musa’i mencontohkan sekolah Filial yang terletak di Kecamatan Sungai Menang. Dia menjelaskan, keberadaan sekolah ini memang dibutuhkan warga setempat, sementara banyak aspek yang harus dipenuhi untuk mendirikan sekolah baru.
“Kalau masyarakat sedikit tidak mungkin juga bangun sekolah. Artinya, jalan keluar sementara itu dibuatkan sekolah darurat (Sekolah Filial),” terangnya.
Pertimbangan dibukanya kelas khusus ini, lanjut dia, untuk daerah perairan Sungai Menang untuk menuju sekolah induk relatif jauh. Selain karena jarak tempuh, faktor transportasi dan keamanan juga patut diperhitungkan.
Dilanjutkannya, salah satu solusinya dengan berkerjasama lintas sektoral dalam penyediaan transportasi khusus pelajar.
“Dengan demikian, hadirnya Pemerintah dalam memberikan pelayanan dasar pendidikan dapat dirasakan masyarakat meski tinggal di daerah pelosok,” terangnya.
Diakuinya, jumlah guru dengan status ASN yang tersedia saat ini masih belum mencukupi untuk mencover seluruh sekolah di Kabupaten OKI. Terbilang, sekolah yang berada di daerah pedalaman atau wilayah perairan, guru yang mengajar hanya beberapa orang.
“Tentunya Kita berterimakasih banyak dibantu putra daerah yang mengabdikan diri menjadi guru honorer di daerah setempat,” ungkapnya.
Dikatakannya, jumlah guru berstatus PNS yang ideal berlaku fleksibel. Menurutnya, kebutuhan guru masing-masing sekolah berbeda sehingga tidak bisa menjadi patokan dasar dalam pemenuhan jumlah guru itu sendiri.
“Kalau ideal jumlah guru, sebenarnya tidak menjadi patokan, karena tergantung jumlah siswa dan ruang belajar. Jadi, tidak harus satu sekolah jumlah gurunya sekian,” tandasnya.
Laporan : Rachmat Sutjipto
Editor : Reza